Advertisement

Main Ad

Anak adalah Penerus Kalimat Tauhid





Pahami arti kata dan status anak 

Bicara soal anak, tak sengaja saya kemaren mendengarkan ceramah dari guru besar NU ..siapa lagi kalau bukan Gus Baha’ .
 memang dari awal saya radak binggung dengan bagaimana cara mendidik anak agar menjadi anak yang sholeha dan mempunyai akhlak mulia, apalagi anak saya adalah seorang anak perempuan pastinya lebih berat dan bahkan lebih sulit. Meski ada Sabda rasulullah SAW “siapa yang di uji dengan kehadiran anak perempuan, maka  anak itu akan menjadi pelindung baginya di neraka” (HR.AHMAD). Namun tanpa usaha pastilah seorang anak tidak akan mungkin bisa jadi seorang pelindung.
 Anak adalah FITNAH...??!!!
Fitnah itu sendiri diartikan sebagai cobaan atau ujian.
Ketika seseorang mempunyai harta cenderung sulit stabil dalam hal ibadah begitu pula dengan orang yang mempunyai anak.
Seseorang lebih gemar bersedekah ketika belum punya anak namun ketika punya anak
malah enggan untuk bersedekah karena merasa harus memenuhi kebutuhan anak.  

 Anak adalah penerus Kalimat Tauhid

Masing teringat dibenak saya kata kata dari Gus Baha’ yang menurut saya juga tidak lazim
“ ojo wani wani karo anak ndak kualat “ yang artinya jangan berani sama anak nanti kamu celaka
Bukankah kebiasaan kita itu malah anak wajib menghormati kedua orang tua namun Gus Baha’ membalikkan kalimat tersebut malah orang tua yang harus menghormati anak. Karena menurut gus baha’ anak itu mukallaf yang belum terbebani syariat agama.

Gus Baha’ menjelaskan,  bahwa anak mempunyai ikatan yang tidak akan putus berbeda dengan istri, ketika cerai maka hak dan kewajiban akan gugur. Ikatan yang tidak akan putus meskipun anak tersebut nakal,ndablek meraka tetap menjadi anak bahkan ketika kedua orang tua mereka tidak mengakui hubungan mereka, secara syariat mereka tetap mempunyai hubungan. Jika diantara mereka ada yang meninggal dunia maka secara syariat warisan tetap berlaku dan jika yang meninggal adalah ibunya maka walinya tetap ayahnya

Ya begitulah yang namanya anak statusnya akan selalu melekat dan tidak bisa di ubah..

Gus Baha’ memberi kata yang penting tentang kalimat tauhid. Bagi beliau Kalimat tauhid adalah kalimat kebenaran yang sifatnya Universal dan absolut ,sehingga jika kalimat tersebut diucapkan oleh orang gila sekalipun kalimat tersebut akan selalu benar
Kebenaran kalimat tauhid tidak bisa dimonopoli oleh siapapun, meski seorang pendosa yang mengucapkan kalimat tauhid, kalimat tauhid  tidak akan menjadi hina begitu juga jika orang sholeh mengucapkan kalimat tauhid kalimat tersebut tidak akan bertambah mulia.
Dan siapapun juga yang mengucapkan kalimat tauhid akan menjadi mulia, sebab itulah Gus Baha’ menghormati anaknya karena anaknya lah yang kelak akan meneruskan kalimat tauhid tersebut.
Maka dari itu Gus Baha’ tidak perna memukul anaknya, “bagaimana saya memukul anak saya, ketika saya selalu ingat dia adalah umat nabi muhammad yang kelak menjadi penerus agama islam.”.  belau juga berpesan kepada istrinya jangan berani sama anak nanti kualat, ucapan ini sering di ucapkan dan berulang –ulang. jangan sampai anak kecewa dengan bapaknya, mungkin sebagai orang tua kita berhak atas masa depan anak kita namun sebagai anak justru kita lebih berhak untuk menjadi apa yang kita inginkan sebab zaman antara anak dan orang tua pastilah berbeda.
Jadilah orang tua yang dibanggakan anak kita jangan sampai anak kecewa dengan kita. Apalagi membanding bandingkan kita dengan orang tua lainnya



Gus baha’ juga perna berkata kepada istrinya agar memberi uang saku yang lebih dibanding dengan temannya, namun ketika sang istri berkata apa tidak boros namun gus baha’ menjawab tidak. Sama sekali tidak boros, beliau juga mengajarkan kepada anaknya agar jajan kepada penjual di sekolah sehat tidaknya beli saja enak tidaknya beli saja lalu dibuang silahkan ,mubazir tidaknya tergantung dari niat. Nanti kalau dibuang pasti kan dimakan sama hewan hewan entah itu cacing atau bahkan semut bukankah itu juga termasuk rizkinya hewan hewan tersebut.
Gus baha’ ingin mengajarkan kepada kita harus mempunyai kontribusi kepada orang yang mencari nafkah dengan cara yang halal semisal berjualan disekolah. Mungkin cara pandang ini tidaklah lazim namun semuanya itu tergantung pada niat kita. Jangan pula mengengkang anak jika anak ingin bermain ya sudah biarakan dia bermain, jika dia ingin makan enak beri dia makan enak dan apabila anak suka mengaji dukung saja dia ya itu tadi kita berusaha mengawal kalimat tauhid yang ada pada diri anak kita.

Dalam kitab fatkhul mi’in , disunnahkan memberikan kelonggaran kepada anak sebelum anak mukallaf. Sehingga anak tidak kecewa dengan sistem keluarga yang akan berujung  kecewa dengan sistem islam.
Jika kita marah-marah bahkan memukul anak kita pada hakekatnya kita sedang marah dengan diri kita dan kita menyakiti diri kita sendiri. Maka dari itu jika kita menginginkan anak kita menjadi anak sholeh atau sholeha maka kita harus memperbaiki diri kita terlebih dahulu karena anak kita adalah cerminan dari kita.

Semoga tulisan saya bisa menjadi pengingat diri saya maupun pembaca... semoga bermanfaat😊😊

Posting Komentar

0 Komentar